me_Ruwah

kisah-kisah itu berkelebat di dalam ingatan ku, merunut kembali sangkan paraning dumadi. kembali teringat salam hangat "asalamu'alaikum" saat tangan tua renta dan lemah menjabat tanganku, Pak Uwek.Guru yang sederhana, gemati, dan sangat mencintai pekerjaannya. Di sela-sela kesibukannya mengajar ia juga mencintai sastra jawa, itupun ku tahu setelah beliau tiada. beberapa buku tulisan beliau sempat ku selamatkan 6 bulan setelah reruntuhan akibat gempa kala itu. tulisan tangannya yang halus menorehkan aksara-aksara jawa yang aku sendiripun hingga kini tak tahu, mungkin dari dulu aku tak pernah tertarik untuk mempelajari bahu sastra jawa. menulis hurufnya, membacanya dan menghafalkanya. hanya abjadz yang aku bisa. hono coroko pun tak pernah aku hapal. gila memang, aku tak bisa mengarah, mernah membaca dan menuliskanya. sementara di kamarnya ternyata banyak nian buku-buku klasik jawa, yang kini ntah kemana. aku tak ngerti itu. tak ngerti dan tak terlacak. Biar lah itu menjadi ingatan untuk menyemangatiku tuk mengejar mimpi dan menaruh hati kepada kesenian tradisi.
Pak Uwek, tak mengajarkan kepada ku sastra itu, hanya selalu memberiku uang barang 2000-3000 sampai 20.000 sewaktu aku datang mengunjunginya. sekotak Catur, agar aku selalu berfikir dan berstrategi, setumpuk mainan, kuda pacu, jaket kulit, sepatu kulit, dan terakhir salam itu, tak biasa....
menyemangatiku untuk terus menebarkan salam ke muka bumi ini.....