Pantai Jikumerasa

2 April 2014, menjelang sore.
Percayalah bahwa orang baik akan selalu bertemu dengan orang baik, segala kebaikan akan berbuah kebaikan yag lain. Ah itu hanya mitos, tapi percayalah seperti garpu tala, jika sisi yg satu dipukul, sisi yg lain juga akan bergerak, masih tak percaya, temukan saja dalam pengalaman hidupmu. Hahahhahahaaa...
Awalan yg terlalu kaku yaks, maaf sekedar menyimpulkan saja dari pengalaman berjalan, di jalan dan selama perjalanan. Adalah pak Haswi, bukan nama sebenarnya, lelaki ambon ini pernah bekerja di dinas pertanian dan kelautan di timor-timor, kemudian di kupang, baru kembali ke maluku dan menempati rumah dinas di samping kantornya. Ketika ku berkunjung ke sana, ia menawari diri untuk mengantar mengenalkan potensi dan keindahan pulau buru. Lelaki yang sedang bujang ini, karena istri dan kedua anaknya tinggal di kupang, sore itu mwngajak jalan menuju pantai jikumerasa. 10 kilometer dari Namlea. Setengah 4 dia sudah stanby menjemput di tempat penginapan. Meluncurlah keliling namlea, di lokasi kantor-kantor kabupaten, menunjukkan masjid, kantor bupati, sambil ia terus bercerita soal diri dan prinsip hidupnya. "Semua dianggap senang, tidak usah dibikin susah, hidup sendiri jauh dari istri harus pandai mengurus diri, menjaga makan dan istirahat" demikian lontaran bebrapa prinsip hidupnya. Selalu senang dan bersenang senang, tentu semua dwngan penuh semangat. Kalau kita bisa menolong kenapa juga tidak di tolong, kalau kita bisa berbuat baik dengan apa yg kita miliki kenapa juga tidak dilakukan, sederhana namun kadang susah diwujudkan, tapi naytanya ia bisa menjalaninya selama hampir 3 tahun di Pulau Buru ini, sendiri. Nyetrika, masak, nyuci, dan nonton televisi, filn korea kesukaannya. Hmmm begitulah sosok lelaki ambon yg kutemui.
Yaks meluncur ke Jikumerasa, menikmati pantai... pantai boy, pantai. Melewati kampung lala yg konon ada gua belanda, kampung ubung sebelum pintu masuk Jikumerasa ada kuburan china di pinggir bukit, ya ada kelihatan di pinggir jalan. Berjalan pelan sambil mengamati. Jalan kiri kanan sedang dilebarkan, rencana untuk pembuatan bandar udara yg direncanakan beres tahun 2015. Jadi kelak ke buru bisa langsung turun dan tak perlu ke ambon dan naik kapal melantai heheheh. Aseeekkkk....
Memasuki Jikumerasa, kiri kanan tampak lapak warga menjajakan ikan segar hasil tangkapan, ikan ekor kuning hmmmm. Sebelumnya aku makam ikan di warung depan penginapan, kata yg bakar ikan itu ikan terbaik dan terenak tuk dibakar dan kau tahu seekor berapa...... 70 ribu untuk ikan saja, es jeruk 10 ribu dan nasi satu bakul 20 ribu, cukup mahal bukan, ya inilah Indonesia... lhooo la iya, kalau kita nggak tahu dan nggak paham pasti tidak mendapat tempat yg murah dan meriah untuk menyantap makanan enak. Di Jikumerasa kata pak Haswi, kita bisa beli ikan dan bakar sendiri di sana dengan beli ketupat santan, kalau tidak ya pakai kesuami atau sari singkong dah mantab dan murah meriah. Ah informasinya telat huhuhuhuuuu... kembali ke ikan bakar huuummm. Nggak ah bikin ngantuk karena pasti kenyang dan nambah terus nasinya....
Jikumerasa pantai pasir putih dan lembut, dengan hamparan tatapan biru air, dan kapal yg terombang ambing di laut wawwwww sungguh pemandanan yg indah nan sumringah. Batu karang dan ah yaks warna warni, ada biru dan merah, tidak hanya karang putih saja. Belum lagi kepompong kecil-kecil yg berjalan di tepian. Woooo ya ayem tentrem di Jikumerasa. Hari tidak libur, makanya pantai sepi, kalau pas sabtu dan minggu pasti ramai. Banyak yg berlibur dan ada juga banana boat, bisa juga berenang. Pantai itu menghadirkan ketenangan, ketentraman dan kesenangan. Malam libur biasanya anak-anak muda minum-minum di pantai, semua senang dan aman, jarang ribut. Begitu cerita sang bapak yg baik hati. Jikumerasa, menjadi bisa merasa, tidak hanya rasa yg terlihaat mata tetapi juga melatih rasa yg mendalam di dada... halah opo meneh iki.
Memunguti kerang, melihat lubang-lubang kecil berpori ah yaks lucu dan meriah, pasirpun nampak putih dan sedikit merah merah yg semuanya lembut dipegang, dipadu ombak kecil yg beriak. Heiiiii ada pelangi sore itu, ah sungguh beruntung. Mungkin kalau pagi hari semakin menarik, matahari muncul dipunggung air laut wowowowowowo besok lah coba laon waktu, menunggui mentari pagi di jikumerasa.
Setelah agak kenyang dengan pemandangan pantai, melihat ke desa jikumerasa, ada mata air yg konon katanya adalah bekas dari jatuhnya bom jaman jepang atau belanda berada di tepian pantai namun keluar mata air yg jernih. Ada dua tempat, saru dibawah rumah penduduk, yg banyak ikannya namun mulai kotor karena diatasnya diapakai untuk kandang merpati. Kata pak Haswi, mata ir itu mau dibeli oleh bupati saru milyar namun tak boleh dari sang pemilik rumah, karena mata ir tepat berada di bawah rumahnya. Saru lagi yg dijadikan tempat mengambil air dan jadi pam umum berada di dekat mesjid, cuma 10 meter dari tanggul teluk.
Yaks, bertemu juga dengan kawan oensoed dan seorang paskhas au yg baru menjalankan misi ekspedisi NKRI. Mengobrol dan cerita mengenai kondisi rana dan pulau buru, yaks dapat sedikit tambahan informasi. Lumayan. Oya ketika aku menyebut dari antro eee ada perempuan berkaos ambon menyapaku, antro mana kakak, ugm kujawab. Dia bilang bahwa ia juga antro unhas, baru lulus 2013. Perempuan yg menyebut dirinya adek ini asli ambon namun pendidikan di Makasar, keluarganya di kampung lala, dan ia mengambil air minum untuk dibawa ke namlea dengan menggunakan mobil, bersama pamannya. Menggunakan galon dan jerigen minyak 5 literan, ia masukkan dan tata di mobil kijangnya. Ah apa tak ada pam tanyaku, pam tak jalan belum dibenahi. Oooo selanjutnya kita cerita soal antro dan menyebut beberapa kawan unhas. Ah benar-benar beruntung hari itu, ketemu pemandangan dan teman serta tim ekspedisi NKRI. So benar kan bahwa.... halaaah stop saja di sini, tentu saya tak pandai menasehati. Tapi percayalah bahwa sebuah kegembiraan akan mendatangkan kegembiraan yg lain. Jika merasa eh jikumerasa.