Menebar benih mencipta mimpi akan kedaulatan pangan

Sore tadi 8 kilogram bibit nila merah sudah terbeli, satu kilo 25 ribu rupiah. Cukup 200 ribu, uang hasil jual menthok diganti ikan saja, karena menthok akan mendekati masa gering dan jelas sudah tidak menguntungkan.
Mencoba konsep meliarkan, aku teringat lubuk larangan di desa Gedang nun jauh di Jambi sana. Ya mereka punya lubuk dengan peraturan yg ketat bagi orang yang dengan sengaja mencari ikan di lokasi lubuk larangan maka denda 500 ribu rupiah akan dikenalan padannya. 300 ribu rupiah untuk orang yang menangkap, 200 ribu rupiah untuk pembangunan masjid dan mushola. Ya kearifan lokal yg sungguh baik untuk ditularkan. Setiap tahun mereka panen ikan, ada ikan semah sekilo 75 ribu rupiah dan banhak ikan lain, semacam lele lokal maupun ikan tawes. Warga turun semua ke sungai turut mengambil ikan dengan jala, jaring dan panah.
Belum lama juga ada konfrensi sungai di Banjarnegara, ada prosesi turun ke sungai untuk memanen ikan, cukup seru dan ramai. Semua dapat ikan untuk tambahan lauk keluarga.
Di bendungan opak Karang Ploso, prosesi bukak bendung atau biasa di sebut ngesat kali sering dilakukan bersamaan dengan oembersihan saluran, semua orang turun ke sungai berbekal jala, pecak, tutup nasi, tampah bahkan dengan tangan kosong. Di masa lalu hampir semuanya bisa dapat ikan kecil dan besar, semua senang dan gembira. Namun akhir-akhir ini ketika kali opak disat atau bendung dibukak, ikan tidak lagi didapkan dengan mudah. Rombongan PLN atau kelompok pembawa stromm ikanlah yang kadang emndapatkan ikan banyak, mereka cukup sigap bahkan di lokasi yg dalam. Entah mengapa tidak ada yang mau melarang mereka. Mungkin kita fidak kompak untuk melarang dan mengingatkan.
Membuka gejlig adalah perayaan yang menyenangkan, namun jika ikan sudah susah didaptkan tentu menjadi tidak sesuai harapan. Mencoba menebar bibit adalah salah satu cara untuk menghidupakn kembali perayaan terhadap 'kepemilikan' sungai. Berbagai kejadian yang kadang beruntun bai orang mati tenggelam atau ada yang bunuh diri di sungai menjadikan kali opak tidak lagi menyenangkan. Itulah mengapa pentingnya mengembalikan sebuah perayaan.
Selain itu menjaga ketersediaan ikan mendukung pula upaya warga agar berdaulat terhadap pabgan, tidak lahi tergantung pada pasar, penjual ikan keliling atau sekedar terima denga lauk ikan asin.
Menjaga adalah kerja selanjutnya. Mampukah, ya mari bersama wujudkan mimpi itu.